Kisah Ku

          
Dunia seakan berhenti berputar, saat apa yang ku takutkan ternyata benar, bagai tersambar petir di siang hari. Apa yang ku takutkan kini telah terbukti.
Bukan mengenai penyakit ini yang membuatku takut, tapi aku takut, jika ada yang mengetahui tentang sesuatu yang ku tak ingin ada yang orang lain tahu. Entah sampai kapan aku mampu bersembunyi di balik senyum, menahan rasa yang setiap saat datang dan pergi tiba-tiba. Aku butuh tempat berbagi, disaat bom waktu itu datang, aku butuh penyemangat di kala ku merasa hidup di ambang maut. Ya,
Bom waktu, itu adalah sebuah ungkapan yang tepat untuk saat ini, bagaimana tidak, kapan pun dan dimanapun penyakit itu bisa membuatku terpejam untuk selamanya.
       Aku punya mimpi, aku punya harapan, tapi karena semua ini, semua seakan gelap, semua seakan mustahil untuk aku gapai, tapi tidak ada waktu untuk mengeluh, masih banyak hal yang bisa aku lakukan, selama kaki dapat berlari, dan tangan masih dapat menggapai, aku takkan terpuruk dalam rasa sakit yang membuat oksigen serasa menepis.
Mungkin jantung ku takkan normal, tapi semangatku takkan pernah padam, tak perduli seberapa rasa sakit yang akan ku tahan, ku kan tetap tersenyum menyambut matahari terbit, menikmati dingin nya malam, dan tidur dalam cahaya bintang.
Sejujurnya aku takut, ketika malam datang, saat mata mulai enggap menatap, aku takut pagi takkan kusambut dengan senyuman,
       Aku takkan menyalahkan keadaan, akupun takkan berusaha merubah keadaan, yang akan aku lakukan hanyalah tetap bersembunyi dibalik senyuman. Karena aku tak ingin belas kasihan, walaupun aku butuh kasih sayang, bukan bearti aku harus jujur dengan apa yang aku alami agar di kasihani.
Cukup aku yang merasakan, sakitnya setiap menit yang harus aku jalani, biarkan mereka hanya tahu aku hidup penuh akan kebahagian.
Dan tahukan apa yang terberat ??? yang terberat adalah ketika aku harus memberi semangat kepada mereka yang dirundung masalah sedangkan kehidupanpun tak bersahabat dengan ku. Saat dimana aku harus berusaha membuat orang lain tersenyum sedangkan aku terpuruk menahan rasa yang begitu menyiksa kehidupanku.
Tapi, senyum mereka adalah semangatku, dan tawa mereka adalah nyawa kedua ku, sesakit apapun aku, ketika bersama mereka, ketika melihat senyum dan tawa mereka, rasa sakit itu seakan sirna dan seolah-olah selalu ada cahaya di kehidupanku yang gelap.
Aku tumbuh bersama kesepian, menjalani hidup ditemani kekecewaan, dan ditambah ketika hasil diagnosa itu datang, semua seakan tak berpihak kepadaku, kebahagia, ketenangan, impian dan cita-cita semua hanya ada dalam mimpi, mimpi yang takkan jadi nyata.
         Aku berharap, bom waktu itu akan meledak, sebelum ada yang menyadari akan rasa yang selalu meyiksa. Aku berharap mata ini terpejam untuk selamanya tanpa ada yang tahu apa yang selama ini aku rasa. Hanya kepada kertas ini aku dapat berbagi, menggerakan pena merangkai kata, bertintakan air mata, ditemani rasa sakit yang selalu datang di saat yang tak seharusnya. Banyak hal yang ingin aku tulis, ku ingin bercerita tentang indah nya sore hari saat berada di tengah-tengah sahabat tercinta, indah nya berbagi tawa dan canda di setiap malam, tapi, setiap momen itu hampir tak bisa aku nikmati, disaat bersama, terkadang aku harus menjauh sesaat, karena tak mampu menahan rasa sakit yang semakin hari semakin kuat terasa.
Tahukah teman, penyakit ini telah menggambil kebahagian kecil dalam hidupku, aku harus menjauh dan membuat orang yang sayang padaku mejadi membenci ku dan terbiasa tanpa hadirku, karena aku tak ingin, ketika aku pergi dan tak kembali, ada seseorang yang begitu merasa kehilangan diriku, kini ku harus sendiri, berteman dengan rasa sakit, tak ada yang memperhatikan, mengingatkanku ketika aku telat makan, memarahkan aku ketika aku melakukan hal - hal yang menyimpang. Aku begitu tersiksa....
Aku kesepian teman................
Sangat - sangat kesepian,,,,,,,,
Terkadang aku malu kepada diriku, yang terperuk, mengeluh, bahkan tak bersemangat, saat itu aku selalu teringat akan kisah - kisah di layar lebar, semangatnya Nayla saat di vonis menyidam ataksia dalam film "Buku harian Nayla" atau Kisah Keke dalam film "Surat Kecil Untuk Tuhan"  Mereka dengan penyakit yang begitu terlihat jelas, tetap semangat menjalani hidup ini, Toh, Aku yang hanya menderita Jantung korener, mengapa harus putus asa, aku masih bisa berlari, aku masih bisa berjalan, aku masih bisa memegang barang, menggapai asa dan impian, saat itu lah aku putuskan untuk tetap bersemangat dan tak perduli dengan apa yang terjadi, karena ku sadar bukan seberapa lama kehidupan kita, melainkan apa yang sudah kita lakukan di kehidupan kita yang singkat ini. Tuhan selalu mempunyai rencana yang terbaik bagi umatnya, walaupun jalannya terkadang sesuatu yang membuat kita menderita.

Salam dari hati yang tak perlu engkau ketahui.

Tags:

Share:

0 Komentar